Sesuai dengan sifat dan cara penularan AIDS itu sendiri, maka pencegahan AIDS relatif mudah, yaitu menghindari pemakaian jarum suntik secara tidak semestinya dan menghindari hubungan seks yang berisiko tinggi.
Pencegahan penularan AIDS melalui jarum suntik di jalur profesi kedokteran dapat dilaksanakan dengan peningkatan profesionalisme setiap dokter dan paramedik. Sedangkan pencegahan AIDS melalui jalur penyalahgunaan narkotika cukup dilaksanakan melalui program penanggulangan narkotika yang di Indonsia sudah dikoordinasikan langsung oleh Badan Koordinasi Penanggulangan Narkotika (Bakorlantik).
Pencegahan AIDS melalui jalur seks, pada hakikatnya juga tidak sukar, karena asasnya tidak berbeda dengan ajaran norma agama yang diyakini masyarakat, yaitu bahwa seks yang aman dari AIDS adalah seks dengan pasangan tunggal yang setia (seks monogami). Akan tetapi pengawasan dan pengendalian bidang seks ini jauh lebih sulit daripada dalam bidang penyalahgunaan narkotika.
Karena itu lebih banyak diperlukan penyuluhan agar orang tetap melakukan seks yang sehat walaupun menyimpang dari asas monogami tersebut (memakai kondom, hanya berhubungan dengan orang yang diketahui kesehatannya, memeriksakan diri ke dokter, mengikuti nasihat dokter dan sebagainya). Usaha itu bukan usaha khusus untuk AIDS, melainkan bisa juga ditujukan untuk setiap jenis PMS (Penyakit Menular Seksual) yang lain, sebab setiap pencegahan PMS dengan sendirinya akan mencegah AIDS.
Dalam kampanye anti PMS ini mungkin diperlukan bantuan berbagai tenaga ahli: psikolog, sosial, ahli komunikasi massa, ahli sosiologi, antropolog, ahli kesehatan masyarakat, para pendidik, ulama dan para ahli di bidang ilmu kedokteran sendiri. Adapun sasarannya adalah setiap anggota masyarakat yang diduga secara seksual telah aktif (termasuk remaja), khususnya yang tergolong kelompok-kelompok risiko tinggi.
Disadur Dari : Cermin Dunia Kedokteran No. 75, 1992