Pengontrolan Perkembangan Tumbuhan Pada Tingkat Organ Dan Biokimia

Banyak perkembangan tumbuhan diperantarai oleh rangsangan dari dalam yang dikeluarkan dalam organ. Sel yang diisolasi dari organ tumbuhan yang telah berkembang dan kemudian dikultur in vitro, biasanya akan membelah dan tumbuh seperti halnya in vivo. Tetapi dalam kultur, pertumbuhannya biasanya bersifat tomor, menghasilkan masa sel yang tidak berbentuk, padahal pada jaringan tumbuhannya sendiri akan mengarah pada pembentukan organ daun, akar atau batang sebagaimana ditentukan oleh posisi sel dalam tumbuhan tersebut. Jenis pengontrolan seperti ini, merupakan hasil atau akibat pertumbuhan yang terorganisisr dengan baik.

Pendapat bahwa hormon dapat mempengaruhi pertumbuhan dengan pengaruh aktivitas enzim melalui jalur biokimia yang spesifik, telah banyak menarik para ahli fisiologi dan biokimia. Seorang ahli fisiologi Amerika telah menunjukkan bahwa IAA bekerja secara langsung mengaktifkan enzim pembentuk sitrat (citrate condising enzyme) pada daur Krebs. Karena hal ini dianggap sebagai enzim kunci dalam metabolisme energi hal tersebut dapat merupakan mekanisme pengontrolan perkembangan tumbuhan yang penting.

Salah satu mekanisme yang autentik adalah perangsangan sintesis α- amilase dalam perkecambahan biji serealia oleh giberelin, yang pertama kali ditunjukkan oleh H.Yomo di Jepang dan L.P.Paleg di Australia. Ahli fisiologi Amerika J.E.Varner menunjukkan bahwa giberelin dapat membebaskan operon yang sebelumnya tertutup menjadi aktif kembali, dan enzim α-amilase disintesis, yaitu enzim yang terlibat dalam hidrolisis persediaan pati selama perkecambahan biji. Dengan demikian pemahaman kerja hormon dengan hanya melihat dari aktivitas tingkat genetik dan biokimia saja tidaklah cukup.


Tulisan terkait