Hormon Tumbuhan (Auksin, Giberelin, Sitokinin, Etilen, Asam Absisat)

Perkembangan tumbuhan dipengaruhi atau dikontrol oleh hormon, yaitu senyawa-senyawa kimia yang disintesis pada suatu lokasi di dalam organisme, kemudian diangkut ke tempat lain untuk selanjutnya bekerja melalui suatu cara yang spesifik pada konsentrasi yang sangat rendah, untuk mengatur pertumbuhan, perkembangan atau metabolisme. Pada kenyataannya sangat sukar untuk mendefinisikan istilah hormon dengan tepat. Penggunaan istilah zat pengatur tumbuh sering lebih baik, dan menunjukkan senyawa-senyawa baik alami maupun sintetik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan metabolisme.

Senyawa hormon bukan suatu metabolit antara atau hasil suatu rangkaian reaksi yang dipengaruhinya, dan biasanya aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah. Beberapa kelompok hormon telah diketahui dan beberapa diantaranya bersifat sebagai zat perangsang pertumbuhan dan perkembangan (promoter), sedang yang lainnya bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada tumbuhan. Hormon tersebut adalah auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat.

a.    Hormon Auksin
Hormon auksin merupakan zat pengatur tumbuh yang dapat mempengaruhi pemanjangan koleoptil gandum, yang telah dikemukakanoleh Charles Darwin pada akhir abad ke 19. Percobaan definitif yang membuktikan adanya zat yang berdifusi dan merangsang pembesaran sel, telah dikerjakan oleh Fritz Went di Holand pada tahun 1920, dan pada tahun 1930 struktur dan identitas auksin diketahui sebagai asam indol-3-asetat (IAA).

Auksin disintesis di pucuk batang dekat meristem pucuk, jaringan muda (misal daun muda), dan terutama bergerak arah ke bawah batang (polar), sehingga terjadi perbedaan kadar auksin di pucuk batang dengan diakar. Aktivitasnya meliputi perangsangan dan penghambatan pertumbuhan, tergantung pada kosentrasi auksinnya. Jaringan yang berbeda memberikan respon yang berbeda pula terhadap kadar auksin yang dapat merangsang atau menghambat pertumbuhan tanaman.  

Auksin dalam aktivitasnya dapat bekerja sendiri atau berkombinasi dengan hormon lain, dapat merangsang atau menghambat berbagai peristiwa yang berbeda, dari mulai peristiwa reaksi enzim secara individual sampai kepada pembelahan seldan pembentukan organ.Salah satu masalah penting dengan hormon ini adalah, keberadaannya biasanya dalam jumlah yang sangat kecil dan sangat sukar untuk dideteksi atau dikarakterisir secara kimia.

b. Hormon Giberelin
Hormon giberelin diketemukan di Jepang, ketika ekstrak jamur Giberella fujikuroi, yang menyerang tanaman padi, dapat menimbulkan gejala yang sama pada waktu disemprotkan kembali pada padi yang sehat Karakteristika dari penyakit ini adalah menyebabkan pemanjangan ruas-ruas yang berlebihan sehingga menyebabkan tumbuhan mudah rebah. Kerja utama giberelin merangsang pcmanjangan. Banyak tumbuhan yang secara genetic kerdil, menjadi tinggi apabila diberi giberelin dalam jumlah yang sedikit saja.

Di samping merangsang proses pemanjangan, giberelin juga terlibat dalam proses perbungaan, perkecambahan biji, dan menghilangkan dormansi. Giberelin dapat berinteraksi dengan hormon lain dan di dalam tumbuhan bergeruknya bebas serta angkutan dan distribusinya tidak polar seperti auksin. Sekarang telah diketahui lebih dari 50 macam giberelin, yang semuanya memiliki struktur dasar yang sama seperti asam giberelat (Giberelic acid = GA3 ), dengan sedikit perbedaan pada gugus samping substitusi yang lainnya.

c. Hormon Sitokonin.
Penemuan hormon sitokinin telah diketahui sebagai suatu zat yang larut dari balian tumbuhan, mengandung bahan yang penting untuk merangsang pembelahan sel dalam kultur sel yang diisolasi dari bagian tumbuhan. F. Skoog menemukan zat yang memberikan efek demikian dari DNA hewan yang kemudian diketahui sebagai 6-furpuril-aminopurin yang selanjutnya diberi nama kinetin. Senyawa sintetik yang lain seperti 6-benzilaminopurin diketahui memberikan efek sama dengan kinetin dan diberi nama kinin. Hormon dan senyawa-senyawa yang memberikan pengaruh terhadap pembelahan sel,sekarang disebut sitokinin. Sitokinin alami yang telah berhasil diisolasi dan diidentiflkasi dari tumbuhan, diantaranya zeatin, yang diperoleh dari ektrak endospenn jagung.

d. Gas Etilen
Etilen merupakan senyawa yang berbentuk gas dan dapat mempengaruhi perkembangan pada tumbuhan. Senyawa ini diproduksi dalam daun dan dapat merangsang proses penuaaii (senescence), sedangkan pada buali dapat merangsang pematangan. Sintesisnya sangat dipengaruhi oleh auksin.

e. Asam Absisat
Senyawa asam absisat lebih berperan dalam memelihara dormansi dari pada proses absisi pada daun. Diketemukan oieh ahli fisiologi Inggris P.F Wearing dengan kelompoknya dan oleh kelompok Amerika di bawah pimpinan F.T Adicot, yang menamakan senyawa tersebut sebagai dormin atau absisin. Sekarang senyawa tersebut dikenal dengan nama asam absisat (ABA), dan menyebabkan dormansi pada biji. ABA yang dihasilkan ini, aktivitasnya dapat melawan kerja giberelin pada beberapa tumbuhan, dan memiliki srtruktur yang mirip dengan giberelin.

f. Zat Pengatur Tumbuh Hipotetik
Banyak hormon dan inhibitor yang berperan dalam perkembangan, tidak pernah berhasil diisolasi dan dibuktikan keberadaannya. Banyak pula percobaan yang menunjukkan keberadaan hormon perbungaan atau florigen, tetapi belum berhasil diisolasi. Hormon-hormon lain bersifat hipotetik adalah antesin dan vernalin.


Tulisan terkait