Biologi Tanah
Tanah pertanian yang baik atau tanah yang subur yang biasanya dikerjakan oleh manusia tidak hanya terdiri dari padatan tanah, air dan udara, melainkan juga terdapat jasad-jasad hidup dalam tanah. Tanpa adanya jasad hidup tanah ini, maka peredaran unsur-unsur hara akan terhenti sehingga kesuburan tanah cepat sekali merosot.
Jasad hidup dalam tanah pada garis besarnya dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu:
1). Yang berasal dari tumbuh-tumbuhan : bakteria, cendawan, dan ganggang yang berukuran kecil sekali. Semua ini disebut mikroflora tanah.
2). Yang berasal dari hewan tingkat rendah seperti Protozoa dan Nematoda yang berukuran kecil disebut mikrofauna tanah, sedang yang agak besar disebut makrofauna tanah.
Mikroflora bersama mikrofauna menyusun mikroba tanah. Mikroba tanah dari berbagai ukuran, sebagian besar hidup pada top soil. Semakin ke bawah baik jenis maupun jumlahnya semakin berkurang.
Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah ialah keseluruhan sisa-sisa bahan yang berasal dari jasad hidup, baik yang berupa bahan yang masih segar maupun yang sudah melalui pembusukan. Bahan organik ini mempunyai peranan penting di dalam tanah terutama pengaruhnya tehadap kesuburan tanah.
Sumber Bahan Organik Tanah
Sisa-sisa tanaman baik yang berupa daun-daun, ranting-ranting, batang, dan akar-akar tanaman baik yang masih segar maupun yang sudah terurai merupakan penyusun bahan organik tanah yang terbesar. Sebagian kecil tersusun atas makro dan mikrobia tanah yang sudah mati. Di dalam tanah bahan organik ini senantiasa mengalami penguraian sebagai akibat kegiatan mikroba tanah. Perombakan mulai dari yang komplek menjadi senyawa yang lebih sederhana sampai akhirnya menjadi kation dan ion-ion yang dilepaskan ke dalam tanah. Lama-kelamaan bahan organik tanah akan habis sehingga perlu mendapatkan tambahan. Tambahan itu diperoleh dari:
a). Tanah-tanah hutan, daun-daun dari berbagai tanaman dan sisa hewan yang mati pada permukaan tanah.
b). Pada tanah pertanian bahan organik diperoleh dari sisa tanaman setelah panen, bebagai macam rumput liar, tanaman penutup tanah, dan berbagai pupuk hijau yang dimasukkan ke dalam tanah pada waktu pengolahan tanah.
c). Sumber lain dari bahan organik tanah adalah pupuk kandang, kompos dan berbagai jasad hidup yang sudah mati dalam tanah. Bahan organik yang sudah membusuk akan menjadi bahan humus yang sifatnya lebih stabil.
Humifikasi
Huminifikasi adalah proses pembentukan humus dalam pengolahan bahan organik tanah. Bila tata udara baik dan lancar serta kelembaban cukup maka organisme yang telah mati segera diserang oleh mikro dan makrobia tanah seperti bakteri, cendawan, Protozoa dan Nematoda. Yang mudah terurai adalah dari golongan karbohidrat, protein sedang lemak dan selulose agak lambat. Lignin dan lilin karena mengandung minyak paling lambat penguraiannya. Dengan adanya penguraian ini lambat laun terjadi pengumpulan lignin dan sisa yang tahan penguraian. Kedua bahan ini bersama protein membentuk suatu senyawa baru tahan penguraian yang disebut humus.
Humus berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman, berbentuk non kristalin, dan bersifat koloidal dan mempunyai perbandingan karbon dan nitrogen umumnya antara 10 – 20 %. Di dalam tanah yang terpelihara baik-baik dan dimana aktivitas bakteri optimal, humus merupakan bagian terbesar dari bahan organik total, yakni 80 – 90 %.
Peranan bahan organik tanah
Bahan organik yang telah mengalami penguraian, akan terjadi humifikasidan mineralisasi. Pada humifikasi akan terbentuk humus yang relatif stabil, warna coklat kehitam-hitaman dan bersifat koloidal. Sedang pada mineralisasi dilepaskan berbagai senyawa dan unsur-unsur yang berperanan sebagai unsur hara tanaman. Di dalam tanah bahan organik dan humus bercampur dengan bagian-bagian mineral tanah, sehingga bahan organik memegang peranan:
1. Mempengaruhi sifat-sifat fisik tanah:
a.) Warna tanah menjadi coklat kehitam-hitaman.
b). Mempertinggi daya pengikatan air, mempengaruhi struktur tanah terutama pada tanah liat sehingga air dan udara menjadi lancar dan mempermudah pengolahan tanah. Pada tanah yang berpasir mempermudah terbentuk agregat-agregat tanah sekunder yang mudah mengikat air.
c). Warna tanah yang coklat kehitam-hitaman dapat lebih cepat menyerap panas matahari sehingga temperatur tanah bisa naik yang dapat merangsang perkembangan dan kegiatan tanah.
d). Dapat bekerja sebagai pengikat butir primer tanah sehingga dapat menaikkan kemantapan struktur tanah yang tidak mudah rusak karena air hujan.
2. Mempengaruhi sifat-sifat kimia dan kesuburan tanah
a). Menaikkan nilai tukar kation tanah.
b). Merupakan gudang unsur hara dengan melepaskan berbagai unsur pada mineralisasi dan humifikasi bahan organik.
c). Mempertahankan reaksi tanah dan pencucian dengan mengabsorpsi kation-kation dan anion-anion dalam tanah.
d). Asam organik dan asam anorganik yang dilepaskan pada penguraian bahan organik, membantu menguraikan mineral-mineral dan bahan induk tanah.
3. Mempengaruhi kehidupan jasad hidup tanah
Bahan organik merupakan sumber makanan dan energi bagi jasad hidup tanah pada waktu terjadinya penguraian senyawa-senyawa komplek diubah menjadi senyawa-senyawa sederhana dan unsur bebas. Tanpa adanya jasad hidup tanah unsur hara tanaman dalam bahan organik tetap dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman.
Mempertahankan Bahan Organik Tanah
Usaha untuk mempertahankan bahan organik tanah dan untuk menaikkan dengan jalan sebagai berikut:
1). Mengembalikan sisa-sisa bekas tanaman, terutama bahan organik yang mempunyai nilai perbandingan C : N rendah, jangan mengadakan pembakaran sisa-sisa tanaman.
2). Adakan pergiliran tanaman yang tepat.
3). Tanah dipupuk dengan berbagai pupuk hijau, atau tanaman penutup tanah.
4). Dapat juga tanah diberi pupuk kandang dan kompos.
5). Perlu adanya tanaman tumpang sari dan tanaman penutup tanah sehingga oksidasi bahan organik secara langsung dapat dihindari.
6). Dengan mengadakan pengolahan tanah yang cukup, dan mencegah adanya erosi di musim penghujan.
Tanah yang paling baik untuk tanaman adalah tanah yang subur, yang kaya akan sat hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain subur juga tanaman membutuhkan air yang cukup dan kepadatan tanah yang memadai. Tanaman hortikultura sangat baik tumbuh pada tanah yang remah yaitu tanah yang tidak keras dan tidak berair banyak. Untuk meremahkan tanah agar rata, setelah dibajak kemudian dicangkul.
Bongkahan-bongkahan hasil pembajakan dipecah dengan cangkul sehingga tanah menjadi lembut dan remah. Dalam pengolahan tanah untuk menghindari genangan air perlu dalam petakan dibuatkan bedengan dengan lebar bedengan kira-kira 200 cm. Antara bedengan yang satu dengan yang lain dibuatkan parit dengan kedalaman kira-kira 40 cm dan lebar 20 – 30 cm.