Ibu hamil sebenarnya juga berhubungan dengan proses pertumbuhan, yaitu pertumbuhan janin yang dikandungnya dan pertumbuhan berbagai organ tubuhnya sebagai pendukung proses pertumbuhan ini, maka kebutuhan makanan sebagai sumber energi juga meningkat. Peningkatan metabolisme berbagai zat gizi pada ibu hamil juga memerlukan peningkatan suplai berbagai vitamin, mineral khususnya Fe dan Ca serta kalori dan protein.
Apabila kebutuhan kalori, protein dan mineral meningkat ini tidak dapat terpenuhi melalui konsumsi makanan oleh ibu hamil, akan terjadi kekurangan gizi pada ibu hamil yang berakibat :
a). Berat badan bayi pada waktu lahir rendah dan sering disebut berat badan bayi rendah (BBLR).
b). Kelahiran premature (lahir belum cukup umur kehamilan).
c). Lahir dengan berbagai kesulitan dan lahir mati
Kekurangan gizi pada ibu hamil menimbulkan berbagai masalah gizi pada ibu hamil tersebut. Masalah gizi adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan peorangan atau masyarakat disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi makro terutama kurang energi protein sedangkan masalah gizi mikro adalah masalah kekurangan zat besi, dan kurang zat yodium.
Kekurangan Zat Gizi Makro
Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Ibu hamil yang kekurangan energi kronis mempunyai faktor resiko kesakitan yang lebih besar, terutama pada trisemester III kehamilan, akibatnya mempunyai resiko lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Selain itu ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis yang telah melalui masa persalinan dengan selamat, akan mengalami pasca salin yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan.
Kekurangan energi kronis adalah kekurangan energi yang memiliki dampak buruk terhadap kesehatan ibu dan pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dikategorikan kekurangan energi kronis jika Lingkar Lengan Atas (LLA) < 23,5 cm. Untuk mengurangi dampak ibu hamil kekurangan energi kronis, maka pemerintah melakukkan penapisan ibu resiko kekurangan energi kronis yang memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut:
a). Berat badan ibu sebelum hamil < 42 Kg
b). Tinggi badan ibu < 145 cm
c). Berat badan ibu pada trisemester I < 40 Kg
d). Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,0
e). Ibu menderita anemia (Hb < 119%)
Kekurangan energi kronis diakibatkan karena kurang energi yang lebih menonjol dari kekurangan enegi protein (KEP). Kekurangan energi ini diakibatkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung energi dan protein.
Kekurangan Zat Gizi Mikro
Kekurangan zat gizi mikro pada tingkat ringan sekalipun diketahui dapat menggangu kemampuan belajar, mengurangi produktivitas kerja, bahkan dapat memperparah penyakit dan meningkatkan kematian, terutama bayi, anak balita dan ibu hamil.
1) Kekurangan Zat Besi
Anemia karena kekurangan zat besi masih lazim terjadi di negara sedang berkembang, tidak terkecuali di Indonesia. Dampak kekurangan zat besi pada wanita hamil dapat diamati dari besarnya angka kesakitan dan kemaatian maternal, peningkatan angka kesakitan dan kematian janin, serta peningkatan resiko terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR).
Penyebab utama kematian meternal antara lain pendarahan pasca partum (disamping eklamsia dan penyakit infeksi) dan plasenta previa yang kesemuanya berpangkal pada anemia defisiensi. Zat besi dari makan masih sedikit, maka pemberian suplementasi pada masa ini sangat penting. Wanita hamil tidak hanya di beri suplemen zat besi tetapi juga suplemen asam folat.
2). Gangguan akibat Kekurangan Zat Yodium (GAKY)
Pada ibu hamil penderita GAKY berat untuk kurun waktu lama (kronik), dampak buruk GAKY mulai pada kehamilan trisemester kedua tetapi masi dapat diperbaiki apabila segera mendapat suplemen yodium. Apabila GAKY terjadi pada kehamilan tua (lebih dari trisemester II) dampak buruknya tidak dapat diperbaiki.
Artinya kelainan fisik dan mental yang terjadi pada janin dan bayi dapat berupa keguguran, lahir mati, lahir cacat, kerdil, kelainan psikomotor, dan kematian bayi. Pada tingkat ringan kekurangan yodium pada ibu hamil akan berdampak buruk pada perkembangan syaraf motorik dan kognitif janin yang berkaitan dengan perkembangan kecerdasan anak.