Di kalangan medis nafas berbau dikenal dengan istilah halitosis. Halitosis berasal dari bahasa Latin, yaitu "halitus" yang berarti nafas dan "osis" yang berarti keadaan. Dapat didefinisikan bahwa halitosis adalah nafas yang kurang sedap.
Bau nafas ini disebabkan oleh faktor luar maupun dalam. Faktor luar itu antara lain adanya sisa makanan di dalam mulut. Sedangkan faktor dari dalam yang menyebabkan halitosis dapat berupa karies gigi, radang kronis pada saluran pernapasan, dan gangguan pencernaan.
Celah-celah tonsil yang terinfeksi dapat terisi oleh sisa-sisa makanan dan lendir hingga menyebarkan bau tak sedap. Halitosis bisa disebabkan pula oleh bakteri yang bermukim di belakang lidah dan di atas tenggorokan, karena bakteri tersebut memproduksi gas sulfur.
Di dalam mulut, lebih dari 400 juta lebih kuman yang mengeluarkan gas belerang. Kuman ini ada yang bermanfaat dan ada yang tidak. Kuman itu lebih banyak hidup di dalam dan di antara celah-celah kecil di permukaan lidah.
Mikroorganisme masuk ke dalam mulut bersama makanan dan minuman, tangan dan berbagai benda yang membawa debu dan bakteri. Mulut merupakan tempat yang ideal bagi pertumbuhan bakteri, karena didalamnya tersedia cukup banyak makanan (terutama pada celah – celah gigi), dan temperatur beserta kelembapannya optimal untuk pertumbuhan bakteri.
Bakteri yang terdapat di dalam mulut: Streptococcus, Neisseria, Veillonella, Fusobacterium, Lactobacillus, Bacteriodes, Actinomyces, Erkenella, Treponema, Haemophilus, Streptococcus sanguis, Streptococcus salivarius, Streptococcus mitis, Stapylococcus epidermis, Stapylococcus aureus. Beberapa mikroorganisme berpigmen dan Stapylococcus anaerob, yang ditemukan pada permukaan gigi dan air ludah.
Selain itu, terdapat juga Stereptococcus viridas, Enterococcus, Neisseria berpigmen, Veilonella sp., Corynebacteria anaerob, Actinomyces, Escheria coli dam kelompok Klebsiella-Enterobacter, yang terdapat pada permukaan gigi orang dewasa normal. Streptococcus umumnya merupakan flora normal pada manusia. Kuman ini dapat hidup pada berbagai organ tubuh.
Beberapa contoh perlekatan bakteri mulut adalah sebagai berikut:
a). Streptococcus mutans melekat pada permukaan gigi, tetapi jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan Streptococcus sanguis. Hal ini disebabkan perlekatannya pada permukaan gigi tidak kuat.
b). Streptococcus sanguis merupakan satu kelompok utama plak gigi.
c). Streptococcus salivarus mempunyai kecenderungan khusus terhadap jaringan lunak epitel dan ludah bagian atas, serta hampir tidak ada pada permukaan gigi.
d). Streptococcus mitis mempunyai kecenderungan sangat kuat terhadap jaringan lunak epitel.
Bakteri-bakteri tersebut dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit bagi manusia. Keadaan ini disebut saprofit. Mikroorganisme penyebab halitosis ini harus diatasi. Laki-laki cenderung lebih besar mengalami halitosis di pagi hari dibandingkan wanita.
Hal ini karena wanita lebih rajin membersihkan gigi dan lebih sering menggunakan obat kumur. Selain bersifat permanen karena keberadaan bakteri anaerob, halitosis juga dapat bersifat sementara (temporary halitosis).
Mulut yang sehat adalah yang penuh dengan kelenjar-kelenjar ludah (saliva) aktif, yang dapat menghancurkan makanan lebih efisien, sehingga dapat meningkatkan pencernaan. Air ludah dapat membersihkan mulut dan menghilangkan bakteri. Namun, kadar air liur seseorang berbeda-beda.
Bila mulut kering, maka bisa mengeluarkan halitosis. Halitosis kerap timbul tanpa kita sadari, namun banyak orang yang tidak menyadari kenapa hal tersebut terjadi.
Jika tidak segera ditangani, maka mulut tidak akan berfungsi dengan baik disamping itu halitosis dapat mengurangi penampilan kita, dan juga dapat menghambat kelancaran komunikasi.