Interaksi Jamur Dengan Tanaman Yang Merugikan

Sebagian besar penyakit pada tanaman disebabkan oleh jamur etalen.  Sebagian besar jamur yang menyerang tanaman budidaya adalah jamur karat dan jamur api (Bartha, 1987). Banyak jamur yang beradaptasi dengan baik sebagai etalen tumbuhan. Berikut adalah beberapa contoh interaksi tumbuhan dengan jamur yang merugikan.

Proses infeksi jamur Hemileia vastatrix dimulai dari adanya jamur Hemileia vastatrix yang melekat pada daun dan mulai mengeluarkan hifa untik menginfeksi daun. Hifa-hifa yang dikeluarkan oleh jamur ini terkadang sampai menutup stomata sehingga mengganggu proses fotosintesis.

Busuk akar disebabkan oleh serangan jamur Phytium sp. Busuk akar terjadi karena media tanam terlalu basah dan berkelembaban tinggi. Air yang terlalu lama menggenang menyebabkan media menjadi becek dan dalam waktu singkat menyebabkan akar menjadi busuk, daun menjadi pucat, layu lalu busuk.

Layu Fusarium yang menyerang tanaman cabai dan tomat. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum. Gejala yang ditimbulkan adalah memucatnya tulang daun terutama daun bagian atas kemudian menggulunggnya daun yang lebih tua dan akhirnya layu secara keseluruhan. Menggulungnya daun ini mengakibatkan kemampuan daun menerima cahaya matahari menurun dan berdampak pada laju fotosintesis. Penurunan laju fotosintesis berberdampak pada produktivitas tanaman tersebut (Endah, 2002).

Jamur Fusarium oxysporum menginfeksi melalui akar, utamanya pada luka akar akibat dari  serangan Nematoda puru akar, pemindahan bibit dari penyemaian maupun akibat dari munculnya akar lateral. Jamur ini akan berkembang dan menetap di berkas vaskuler. Jamur ini tidak mengganggu proses trasportasi di berkas vaksuler karena hifa dari jamur ini tidak cukup menyumbat aliran air pada jaringan xylem (Semangun, 2001).

Menurut Gaumann dan Jaag dalam Semangun (2001), penyebab kelayuan adalah dibentuknya polipeptida yang disebut likomarasmin, toksin yang dapat mengganggu permeabilitas membrane. Likomarasmin diangkut dalam badan tumbuhan dengan cepat dan bersifat toksin. Ini mengubah permeabilitas sel terhadap air dan salah satu pengaruhnya yaitu transpirasi tumbuhan yang cepat. Laju traspirasi yang cepat dan tidak mampu diimbangi oleh laju transportasi, maka akan terjadi kelayuan baik secara sementara maupun secara permanen (Sarna dkk, 2007).

Selain itu jamur Fusarium oxysporum juga menghasilkan asam fusarat. Asam fusarat dapat menghambat pertumbuhan kalus dan tunas. Hal ini diduga karena terganggunya permeabilitas membran sel, terhambatnya oksidasi sitokrom dan respirasi pada mitokondria sehingga menghambat sintesis ATP, serta penurunan aktivitas fenol (Purwati, dkk. 2007).

Menurut Waggoner dan Dimond dalam Semangun (2001), F. oxysporum menghasilkan enzim pektolitik, terutaman pectin-metil-esterase (PME) dan depolimerase (DP). PME mereduksi etal dari rantai pectin dan menghasilkan asam pektat. DP memecah rantai asam pektat menjadi poligalakturonida  dengan dengan berbagai berat molekul.enzim tersebut memecah bahan pectin dalam dinding sel pembuluh xylem dan pectin pada parenkim xylem.

Pemecahan bahan pectin dari dinding sel mengakibatkan sel kehilangan kekakuannya sehingga tanaman menjadi layu. Fragmen-fragmen asam pektat masuk ke pembuluh xylem dan membentuk masa koloidal yang mungkin menggandung bahan nonpektin dan dapat menyumbat pembuluh. Penyumbatan oleh fragmen asam pektat dapat menghalangi proses penghantaran air dan nutrisi tanah.

Keadaan ini mengakibatkan tanaman mengalami kekurangan air, terlebih ketika laju transpirasi tinggi. Kekurangan air mengakibatkan tekanan turgor sel menjadi menurun dan menjadikan tanaman layu. Jika tidak segera teratasi, tanaman akan mengalami layu permanen dan mati (Sarna dkk, 2007)…..dst)


Tulisan terkait